Saturday, May 19, 2018

Venice, The City of Water and Bridges in Italy



         Venezia / Venesia / Venice / Venedig, kota yang terletak di Italia sisi timur merupakan kota terapung yang dipenuhi oleh kanal-kanal. Aku lebih suka menyebut nama kota ini dalam bahasa Italia, Venezia. Bagi seorang traveler, menjelajahi kota menggunakan bus, tram, metro, dll sudahlah menjadi hal biasa. Namun di Venezia, semuanya menggunakan transportasi air. Pernahkah kamu membayangkan menjelajahi kota dengan menggunakan Vaporetto (bus air) ataupun Gondola (taxi air) ? Aku pribadi, pernah membayangkannya hingga merasa sedih sendiri :-D


           Karena transportasi di kota Venezia semuanya di air, tentunya kamu tidak akan menemukan jalan raya di sini, apalagi Tol. Bahkan mobil tak akan kamu jumpai di sini. Pengiriman barang juga dilakukan menggunakan perahu oleh jasa pengiriman barang.

Perahu pengantar paketan

          Baiklah, aku akan mulai menceritakan dari awal bagaimana kisah perjalanan Backpacker kami menuju kota Venezia. Backpacker Eurotrip kali ini aku pergi dengan 2 orang adik kelasku di Universitas. Untuk menghemat waktu dan biaya penginapan, maka kamipun menempuh perjalanan malam menggunakan Bus kurang lebih selama sembilan jam. Pukul 07.30 kami berhenti di stasiun Mestre, stasiun yang masih berada di daratan Venezia. Jika kami datang menggunakan kereta, perjalanan kami tentu bisa berakhir langsung di stasiun Santa Lucia. Maka dari itu, sebaiknya perhatikan terlebih dahulu nama stasiun di Venezia karena  terdapat dua buah stasiun (Mestre dan Santa Lucia). Sebenarnya keduanya cukup mudah untuk dibedakan, stasiun Mestre terletak di daratan sedangkan Santa Lucia terletak di atol (kepulauan) di mana tujuan wisata kami. Karena perjalanan bus kami hanya sampai stasiun Mestre, maka dari itu perjalanan dilanjutkan menuju Stasiun Santa Lucia yang berada di kepulauan Venezia dengan menggunakan kereta karena jika kami menempuh perjalanan dengan jalan kaki, maka akan menghabiskan waktu kurang lebih satu jam (berdasarkan google map). Tiket kereta kami beli melalui mesin yang terletak di stasiun. Beruntungnya Italia juga menggunakan mata uang euro sehingga kami tidak perlu menukar mata uang yang kami miliki.


       Tiba di Stasiun Santa Lucia, kami langsung disuguhi pemandangan luar biasa yang sebelumnya hanya bisa kami nikmati dari gambar.


Harga tiket vaporetto dan gondola adalah sebagai berikut :
  • €7.50 (7.50 Euro) untuk satu kali pakai (single trip, valid 75 minutes)
  • €14 untuk pass 12 jam,
  • €20untuk pass 24 jam,
  • €30 untuk pass 48 jam, dan
  • €40 untuk pass 72 jam
  • €90 untuk sekali naik gondola (harga bisa berbeda-beda)
Vaporetto




       Karena harga tiket bus air cukup mahal, kami memutuskan untuk mengelilingi kepulauan kota Venezia dengan berjalan kaki. Semuanya telah kami perhitungkan sebelum kami berangkat. Mulai dari aplikasi offline map dan juga tempat wisata yang bisa kita capai dengan berjalan kaki. Berdasarkan aplikasi offline map, kami bisa mencapai Piazza San Marco atau Alun-alun kota Venezia dengan waktu delapan menit. Namun, karena kami harus menyusuri gang-gang kecil dengan lebar satu meter yang jumlahnya banyak  dan benar-benar menyerupai labirin, kami sempat bingung apakah kami telah melalui jalan yang benar. Untung saja di beberapa terdapat petunjuk di beberapa sudut tempat sehingga itu sedikit membantu kami
         Gerimispun sempat datang saat kami masih menyusuri gang-gang kecil. Karena minimya budget dan juga ini masih hari pertama perjalanan, maka seminimal mungkin kami menghindari masuk ke restaurant atau cafe hanya untuk berteduh. Alhamdulillah tak lama kemudian kami berhasil menemukan alun-alun kota.

Piazza San Marco / Alun-alun Venezia
           Di sekitar lokasi tempat ini, kami menemukan tempat berteduh. Dengan tas besar yang menempel di pundak membuat perjalanan ini terasa melelahkan & kami menurunkan sejenak beban di pundak kami & membuka bekal makanan yang telah kami persiapkan. Baru beberapa menit menikmati bekal, datanglah pemilik toko dan meminta kami untuk meninggalkan halaman tokonya karena beliau akan membuka tokonya. Akhirnya kami berjalan ke seberang jalan dan memilih duduk di beberapa anak tangga lalu melanjutkan membuka bekal kami. Selang beberapa menit, datanglah 3 satpol PP dan meminta kami berdiri. Akhirnya kita pergi ke area tempat duduk yang berada di tengah-tengah pusat kota dan menyelesaikan sarapan kami yang masih tertunda. Gerimispun masih sedikit mengguyur kami dan tempat duduknya  juga basah karena air gerimis, haha..gini amat sih hidup backpacker yang lagi ngirit duit.


Burung Merpati

        Cuaca tiba-tiba berubah menjadi panas, langit menjadi biru, dan gerimispun juga berhenti. Ya beginilah eropa, cuacanya suka sekali menggalau. Setelah gerimis berhenti, burung-burung merpati mulai turun dari atas kubah-kubah katedral. Para pengunjung pun telah banyak yang menantikan kehadiran mereka karena katedral ini juga terkenal dengan merpatinya yang memenuhi halaman katedral. Pengunjung memberikan makanan kepada para merpati sehingga para merpati datang bergerombol ke pengunjung, termasuk juga datang bergerombol padaku. Pemandangan ini tak akan pernah kulupakan saat burung-burung merpati terbang turun ke Piazza dengan kepakan-kepakan sayapnya yang cantik dan mendekat bercengkerama dengan kami para pengunjung tanpa memiliki rasa takut sedikitpun bahwa pengunjung akan memangsa mereka.


           Bangunan yang tepat berada di belakangku bernama Basilica San Marco, sebuah katedral di Venezia paling terkenal dan salah satu contoh yang paling terkenal dari arsitektur Bizantium. Kubah dan Mozaiknya dilapisi dengan emas murni sebagai simbol kekuasaan dan kekayaan Venezia dari abad ke 11. Banyak sekali pengunjung yang rela antri panjang sambil membawa payung demi masuk ke dalam katedral cantik karya arsitektur Bizantium.

          Saat permukaan air laut tinggi, Piazza San Marco (alun-alun kota) bahkan dibanjiri oleh air laut sehingga pengunjung harus mengenakan sepatu boat agar tidak basah. Di musim-musim yang cukup ekstrim, gondola juga mampu berlayar di atas daratan Piazza San Marco. Moment-moment ini banyak sekali diabadikan di dalam kartu pos yang dijual oleh toko-toko souvenir. Aku juga pernah membaca berita mengenai kota ini di kompas.com yang mengabarkan bahwa kota Venezia terancam tenggelam di tahun 2100 jika tidak ada upaya untuk menyelamatkannya, karena permukaan air laut di kota ini naik hingga 6 cm setiap 10 tahun. Berita inilah yang memotivasiku untuk mengunjunginya sebelum ia benar-benar tenggelam.

         Sepanjang perjalanan, kami melihat banyak sekali orang yang menikmati es krim gelato khas italia. Harga per bola es 2 euro atau sekitar 34rbu, harga normal 1 bola es di Italia, bukan harga yang mahal sebenearnya. Namun kita bertiga bertekad saling menguatkan satu sama lain agar tidak terlalu banyak jajan, maklum, bugdet traveler terbatas haha. Pertahananpun akhirnya runtuh ketika bertemu dengan toko souvenir (pertahananku doang sih haha). Aku adalah tipe orang yang rela mengeluarkan uang lebih hanya untuk membeli magnet dan kartu pos dibandingkan membeli makanan, meskipun harga magnet jauh lebih mahal dibandingkan membeli makanan.





        Seperti layaknya dirndl yang merupakan khas daerah Bayern dan Tirol, Venezia juga memiliki karnaval khasnya tersendiri. Saat karnaval, mereka menggenakan kostum dan tentunya juga topeng-topeng yang ada di gambar atas. Sayangnya waktu berkunjungku tidak bersamaan dengan waktu karnaval sehingga aku tidak dapat banyak menjelaskan moment karnaval di sini.

          Tiba di Ponte dei Sospiri, aku teringat tentang sejarah dari jembatan ini. Jadi, jaman dulu jembatan ini digunakan untuk membawa narapidana yang akan dihukum. Di jembatan ini juga dibuat celah agar para narapidana yang melewati jembatan itu masih bisa menikmati keindahan kota Venezia untuk terakhir kalinya sebelum mereka dijebloskan ke dalam penjara. Selain itu, masih ada mitos lain yang mengatakan bahwa setiap pasangan yang lewat dibawah jembatan ini, lalu berciuman tepat saat matahari terbenam maka cintanya akan abadi. Berhubung jembatan ini dipenuhi para pengunjung dan kamipun berdesak-desakan, akhirnya kami hanya selfie bertiga lalu pergi melanjutkan perjalanan.. 


Ponte dei Sospiri

         Gondola awalnya hanya dikhususkan untuk melayani kaum bangsawan Venezia hingga akhirnya diterbitkanlah peraturan baru bahwa warga Venezia diperbolehkan membuat Gondola sehingga akhinya Gondola berubah menjadi salah satu transportasi di Venezia. Namun, pemerintah juga menerapkan aturan bahwa Gondola hanya boleh dicat warna hitam agar lebih seragam dan tidak menyerupai gondola milik keluarga kerajaan yang warnanya bervariasi.

Gondola berwarna hitam

          Dalam perjalanan kembali menuju ke stasiun, kami menemukan sumber air minum di tengah jalan. Spontan kami bertiga langsung mengeluarkan botol air minum, menghabiskannya, lalu mengisi ulang botol kami hingga penuh karena perjalanan kami masih panjang. Iya, panjang karena jalan yang berliku-liku sehingga kami belum mampu menemukan jalan kebenaran :-D


 Coba lihat gambar di bawah ini, apakah yang kamu temukan ?


           Nomor 4657. Kira-kira ini nomor apa ya ? Lotre ? Bukan. Ini adalah nomor rumah yang terpampang di depan rumah warga Venezia. Tak pernah terbayangkan olehku jika aku harus mengunjungi seseorang yang tinggal di sini dengan bermodalkan alamat rumahnya. Mungkin aku baru akan menemukan rumahnya keesokan harinya.

           Hal unik lainnya dari kota air ini adalah banyaknya sederetan baju yang tergantung di dekat jendela lantai satu saat musim panas.Hal ini mungkin wajar di Indonesia, namun jarang sekali kutemui hal serupa di Jerman, terlebih lagi di kota-kota wisata. Hal ini mungkin dikarenakan faktor budaya yang berbeda dan juga Venezia tak memiliki lahan yang luas. Rumah di sini benar-benar berdempetan tanpa halaman, balkon ataupun taman. Jalanpun juga hanya memiliki lebar seluas satu meter. Sempat terpikir olehku bagaimana cara mereka menggantung baju-baju tersebut karena baju tersebut menggantung tepat di atas kanal. Ternyata para warga menggunakan katrol. Yang tidak terbayangkan olehku adalah, bagaimana jika datang angin yang sangat kencang sehingga baju-baju tersebut terlepas dari jepitannya lalu terbang dan jatuh ke air..omg


          Para seniman pelukis juga berjejer di jalanan kota Venezia. Meskipun mereka hanya seniman jalanan, namun karya mereka juga sangat indah sehingga tak heran jika karya-karya mreka dibandrol dengan harga yang cukup fantastis.

 
        Setelah mengelilingi ota terapung Venezia selama satu hari, aku menyimpulkan bahwa Venezia bisa dikelilingi dengan berjalan kaki asalkan kalian kuat berjalan kaki dan tidak takut tersesat karena transportasi di kota ini cukup mahal. Harga paling murah untuk sekali naik bus air sebesar 7,5 Euro perorang. Namun, tanpa Vaporetto, kalian tidak bisa menjelajahi lorong-lorong kota Venezia. Sedangkan salah satu hal menarik dan keren dari kota ini adalah suasana terapung dan lorong-lorongnya itu. Lebih menyenangkan lagi jika kalian mampu menyewa gondola dan menaikinya berdua dengan pasangan. Tapi karena terlalu mahal €90 per orang dan kami juga tidak membawa pasangan masing-masing (gak bawa apa belum punya ? :-P ), akhirnya kami tidak menyewanya. Foto dekat gondolanya saja sudah cukup..hehe..dasar budget traveler.



          Sejauh ini, kota ini cukup ramah di kantong para traveler "kecuali" transportasi airnya ya, jadi buat kalian yang mau jalan-jalan di Eropa bisa memasukkan kota Venezia ke dalam daftar liburan. Selama kalian kuat jalan, insyaAllah dompet kalian aman. Oh ya, satu saran lagi buat kalian. Tolong perhatikan gang-gang yang telah kalian lalui agar kalian tidak tersesat karena gang-gang di sini sangatlah banyak dan membingungkan. Jangan sampai kalian sudah jalan jauh dan akhirya kembali lagi ke gang yang sama, artinya hanya memutari gang, hehe

 

            Saat matahari mulai tenggelam, kota ini menjadi lebih romantis. Banyak sekali pasangan yang duduk di pingir sungai sambil menikmati alunan biola dari para pemusik jalanan yang berada di seberang sungai ini. Ah, Venice.....

Venice tetaplah romantis, meskipun itu tanpamuuuuuu.....


        Perjalanan di Kota Venezia akhirnya berakhir namun perjalanan backpacker kami baru saja dimulai hari ini. Bus kami datang pukul 23.55 menuju kota Pisa dan harus transit terlebih dahulu di kota Genoa, salah satu kota di Italy yang tak kalah cantik dengan Kota Venezia. Kami sengaja menempuh perjalanan malam selama tiket tersedia demi menghemat biaya penginapan dan tidak membuang-buang waktu di siang hari hanya untuk perjalanan panjang.

Venice di malam hari

          Setiap kota memiliki keunikan dan kecantikannya tersendiri, seperti halnya Venezia & Genoa. Jika Venezia terkenal dengan kota air, maka Genoa juga dikenal sebagai  kota pelabuhan yang sebagian kotanya terletak di perbukitan sehingga kami mampu menikmati pemandangan kota Genoa dari atas bukit selama perjalanan. Pemandangan gedung berwarna warni dengan permukaan dataran yang memiliki ketinggian berbeda-beda dilengkapi dengan pemandangan hamparan lautan tepat dihadapannya membuatku ingin singgah kembali di kota ini dengan waktu sedikit lebih lama.

8 comments:

  1. Lagi lagi lagiii... Kota lainnya, negara lainnya jugaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke oke, masih dalam proses. habis ini kota Pisa menyusul..

      Delete
  2. Replies
    1. Mas Ali, aku pake carrier lho kelilingnya, gak pake koper wkwkwk

      Delete
  3. Penggambaran suasana yg bagus, membuat pembaca ikut membayangkan dan meresakan bagaimana dan seperti apa venice

    ReplyDelete
  4. Next hijabi traveler blogger nih. Ditunggu postingam selanjutnya mbaaaaa haha

    ReplyDelete
  5. Waah.. Keren2..
    Aku terkesan sama isi paragraph ke 15.. Terutama kalimat terakhir paragraph tersebut.. Hahahaha..

    ReplyDelete
  6. Itali benar2 menakjubkan, sayang corona juga suka berada disana. Lebih baik, sementara mundur untuk jaga jarak baru kalau sudah reda, kakak penulis mungkin mau kesana bareng 😂

    ReplyDelete

Komen dong guys..

Zaanse Schans, Kampung Penjebakan Turis

Zaanse Schans merupakan s ebuah wisata kecil tempat penjebakan para turis hehehe. Tempat ini sangat terkenal karena koleksi kincir ...