Jika ditanya tentang menara miring, seketika banyak yang teringat dengan Menara Miring Pisa yang ada di Italia. Tapi tahukah kalian kalau Menara Miring Pisa bukanlah satu-satunya menara miring di dunia? Bahkan di Italia juga banyak ditemukan menara miring lainnya seperti di Venezia yang terdapat 3 menara miring. Hanya saja Menara Miring Pisa adalah yang paling terkenal di dunia dan UNESCO juga mengakuinya sebagai salah satu keajaiban dunia sehingga tak heran jika kita mudah menemukannya di buku pelajaran saat kita masih duduk di sekolah dasar :-D.
The Leaning Tower of Pisa atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Menara Miring Pisa terletak di kota Pisa, Italia. Setelah menempuh perjalanan selama delapan jam menggunakan bus dari kota Venezia menuju Pisa, akhirnya kami sampai di terminal bus kota Pisa pukul 10.55. Berdasarkan rencana awal yang telah kami atur sebelum keberangkatan, kami akan menempuh Bus dari terminal menuju lokasi menara miring. Namun, sesampainya di sana, kami mampu melihat kemiringan menara fenomenal tersebut dari kejauhan sehingga kami memutuskan untuk berjalan kaki. Maklum, backpacker low budget :-) . Di terminal, kami melihat satu bus rombongan orang India. Sepanjang perjalanan kami juga sering sekali berpapasan dengan orang India sehingga aku bertanya-tanya dalam hati, aku sedang berada di Italia atau India sih ? :-P
Tiket harian kota Pisa sebenarnya sangat terjangkau, €4 per hari. Hanya saja kami tidak menargetkan banyak tempat wisata di kota ini dikarenakan kota ini "menurutku pribadi" tidak memiliki banyak tujuan wisata. Satu-satunya tujuan wisata di kota ini adalah komplek area The Leaning Tower of Pisa.
Untuk memasuki area The Leaning Tower of Pisa, kita tidak diharuskan membayar alias gratis sehingga banyak wisatawan yang memadati area dengan pose-posenya yang berusaha menegakkan kembali menara dari kemiringannya, termasuk kami :-D. Hanya saja untuk masuk ke dalam menara Pisa harus membayar €23. Kami hanya menikmati dari area luar, tidak masuk ke dalam dan menikmati kota Pisa dari atas menara. Jika kalian membeli tiket, maka kalian diperbolehkan memasuki menara dan menaiki ratusan tangga hingga mencapai puncak menara. Sejauh yang aku tahu, tiap-tiap pengunjung mendapatkan waktu selama 30 menit untuk berada di dalam menara + 10 menit di puncak menara.
Baptisterium Pisa |
Katedral Pisa & Menara Miring |
Konon katanya, menara Pisa sebenarnya dibangun tegak lurus, namun karena permukaan tanah dimana menara ini berpijak terlalu lembek untuk menopang bobot menara sehingga membuat salah satu sisi fondasi menara makin anjlok dari hari ke hari. Hingga di suatu waktu tanah tersebut kembali stabil dan menjadi seperti saat ini. Siapa yang menyangka jika gara-gara kesalahan arsitektur, menara miring ini bisa menjadi salah satu keajaiban dunia saat ini.
Demi kenyamanan dan keamanan, kami bertiga membagi tugas. Aku duduk di pinggir komplek sambil menjaga 3 tas carrier kami dan kuserahkan kamera kesayanganku kepada kedua temanku agar mereka bisa berpose di area menara pisa sembari aku beristirahat. Kami bertiga selalu bergantian menjaga tas besar kami karena pastinya tas besar nan berat itu begitu membuat kami kelelahan.
Banyak sekali wisatawan yang memenuhi komplek sehingga membuat baground foto menjadi terlalu ramai manusia. Tak heran jika banyak wisatawan yang melanggar aturan untuk tidak melewati batas pagar dan menginjak rerumputan hijau yang mengelilingi komplek. Namun, sebagai orang yang berusaha mematuhi peraturan, kami tidak tergiur untuk ikut-ikutan menginjakkan kaki kami di area terlarang. Kami hanya memilih duduk dan berdiri di atas pagar, bukan berdiri di atas rumput hijau yang dilindungi seperti hutan lindung :-D
Kami akhirnya kelelahan setelah berusaha menegakkan kembali menara pisa agar ia mampu berdiri tegak, sayangnya kami bertiga gagal. Lalu aku memutuskan untuk berjalan ke luar komplek mencari es krim sedangkan kedua temanku tetap berada di dalam sembari menjaga tas. Aku tau jelas bahwa di luar komplek dipadati oleh para penjual souvenir, maka dari itu aku sengaja hanya membawa uang €5 agar tidak tergiur dengan souvenir. Baru selangkah keluar dari pagar, seorang pedagang berlogat India menyapaku dalam Bahasa Indonesia. Aku tercengang dan mendekat padanya, lalu dia menawarkan barang dagangannya dalam bahasa Indonesia. Karena aku bangga dan respek kepadanya, kubelilah barang daganganyya hingga aku lupa tujuan awalku membeli es krim. Setelah membayar souvenir yang kubeli, aku berjalan ke arah lainnya dan para pedagang menyapaku juga dalam bahasa Indonesia. Oh noooooo !!!! Sepertinya orang Indonesia dan Malaysia banyak yang berlibur di sini lalu memborong satu truk oleh-oleh sehingga para pedagang fasih berbahasa Indonesia. Dengan cepat aku kabur dari para penjual.
Karena perjalanan dari kota Pisa ke Roma membutuhkan waktu kurang lebih 3.5 jam (5 jam jika menggunakan Bus), kami memutuskan untuk bergegas menuju stasiun kereta. Bermodalkan google map yang terkadang menyesatkan, kami keluar komplek dan dengan terpaksa melalui para pedagang yang cukup agresif dan fasih berbahasa Indonesia (di Jerman penjualnya gak pernah se-agresif seperti penjual di sini).
Ternyata banyak hal menarik yang kami temui selama dalam perjalanan menuju stasiun, seperti tenangnya sungai Arno. Sungai ini merupakan salah satu sungai yang penting di Italia setelah sungai Tiber karena alirannya dapat dilayari dengan perahu ataupun kecil. Sungai melalui kota-kota terkenal di Italia seperti Florence dan asal muaranya berasal dari pegunungan Falterona di Casentino, pegunungan yang pemandangannya dapat terlihat jelas sepanjang mata memandang sungai Arno di sini. Apabila salju mencair dan ditambah hujan lebat, maka sungai Arno dapat menyebabkan banjir yang sangat besar.
Sungai Arno & Pemandangan Pegunungan Falterona |
Hal yang sangat berbeda antara di Italia dan di Jerman adalah kesadaran tentang tata tertib. Salah satunya adalah yang terlihat pada gambar di bawah paragraf ini. Meskipun lampu masih menunjukkan warna mrah, namun penyebrang jalan banyak yang langsung menyebrang tanpa memperhatikan rambu lalu lintas dan itu juga terjadi di jalanan besar.
Tidak mematuhi rambu lalu lintas |
Setelah lidah kami termanjakan dengan makanan khas arab, kami bergegas menuju staiun (Stazione Pisa Centrale). Tiba di stasiun, kami langsung mencari mesin pembelian tiket dan membeli tiket menuju ke Roma. Harga bervariasi, tergantung waktu keberangkatan dan durasi perjalanan. Kami mendapatkan harga tiket €22.80 per orang menggunakan kereta Trenitalia. Kami ingat sekali saat memilih tiket di mesin, kami harus transit dan berpindah kereta karena kereta kami tidak direct. Sayangnya tiket kereta yang tercetak berbahasa italia dan kami tidak memahami dimana kami harus transit. Lalu salah satu dari kami bertanya kepada petugas yang ada di stasiun untuk memastikan apakah kami memang harus transit seperti yang tertera di mesin dan tahukah kalian, petugasnya bilang kalau kereta kami direct. Nah lhoo!! Akhirnya perdebatan terjadi dan datanglah petugas yang lainnya. Dan ternyata, kita memang harus transit. Nyebelin kan pak petugasnya.hiks. Kalau kata pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Kalau ini, bertanya malah sesat di jalan.
Sebagai Tips, setelah membeli tiket dari mesin pembelian tiket, jangan lupa memvalidasi tiket kereta yang sudah terbeli ke dalam mesin validasi berwarna kuning yang terletak di stasiun. Jika tidak, saat kalian menumpangi kereta dan bertemu dengan petugas pemeriksa tiket, bisa-bisa kalian diusir keluar dari kereta, harus membeli tiket baru, atau kalian akan membayar denda €50 per-orang (menurut pengalaman salah seorang teman). Namun selama di Italia (Venice,Pisa & Roma), kami sama sekali tidak bertemu dan diperiksa oleh petugas. Yahhh, tau githu gak usah beli tiket aja kali ya hahaha
Oke, cerita dari Pisa ke Roma berlanjut di postingan selanjutnya ya...see u..